Setelah melewati perjalanan menggunakan bis menuju yogyakarta, kita akan sampai di terminal giwangan. Pemberhentian bis yang terletak di wilayah yang sama dengan namanya itu merupakan terminal tipe a terbesar di indonesia. Mulai melayani jasa transportasi sejak 2 tahun yang lalu, terminal ini kini menjadi persinggahan bagi armada bis yang menghubungkan yogyakarta dengan kota besar indonesia lainnya, seperti bali, jakarta, bandung, semarang, medan, riau dan mataram.
Sebagai pengganti, terminal megah ini dapat menutupi kelemahan terminal sebelumnya yaitu umbulharjo . Selain luas dan jauh lebih besar, terminal ini juga memiliki fasilitas yang lengkap. Ada subway untuk penurunan penumpang, parkir terpisah untuk bis antar kota dan dalam kota, kios jajanan dan oleh-oleh, ruang tunggu yang nyaman dan tersedianya tempat ibadah.
Begitu sampai di subway penurunan penumpang dan turun dari bis, kita akan disambut ucapan selamat datang yang tertulis pada papan gantung di bagian atas pintu masuk blok c. Memasuki blok itu, kita akan menemui beberapa restaurant kecil yang menawarkan ragam masakan, dari nasi rames, gudeg, masakan padang, soto ayam dan sebagainya. Kebersihan restaurant di terminal ini terjaga sehingga akan menyamankan acara bersantap kita.
Usai menikmati santapan, kita bisa menuju ruang tunggu di lantai dua sambil menunggu jemputan. Kita tak akan bosan sebab ada televisi yang bisa menjadi teman melewatkan waktu serta koran atau majalah yang bisa dibeli di kios-kios koran yang tersedia. Bagi yang beragama islam juga dapat menggunakan fasilitas mushola yang ada di pojok utara ruang tunggu untuk melaksanakan sholat. Di waktu tertentu, kita bahkan bisa menemukan fasiltas check up kesehatan gratis.
Tak jauh dari ruang tunggu, tepatnya di blok e, kita dapat membeli berbagai makanan khas, seperti geplak, bakpia, yangko hingga intip. Fasilitas telekomunikasi yang mampu melayani telepon dan faximile juga tersedia di blok tersebut. Sedangkan bila ingin mempersiapkan perjalanan selanjutnya, kita dapat memesan tiket bis atau travel di beberapa agen yang tersedia di blok m. Kita mesti jeli agar tidak membayar terlalu mahal untuk oleh-oleh dan tiket yang dipesan.
Jika ingin langsung menuju hotel atau objek wisata di dalam kota begitu turun dari bis, kita bisa berbelok ke kiri melewati jalan kecil di blok c untuk mendapatkan bis kota. Untuk menuju ke kraton yogyakarta dan malioboro, kita bisa naik bis jalur 4 dan 9. Sementara bila hendak mencari penginapan di prawirotaman, sosrowijayan dan sosrokusuman, kita bisa menggunakan bis transjogja. Tarif bis dalam kota tersebut cukup murah, hanya rp 3.000,00 sekali naik mutar jogja.
Candi borobudur bisa dijangkau dengan bis jurusan borobudur yang biasanya ada di tempat parkir sebelah kanan blok c. Di tempat itu pula, kita bisa mendapatkan bis menuju pantai parangtritis dan samas, kaliurang serta candi prambanan. Untuk menggunakan bis yang jarak tempuhnya mencapai 30 km itu, kita cukup membayar maksimal rp 15.000,00. Kita pun tidak perlu bingung mencari bisnya karena setiap tempat parkir dilengkapi papan yang menunjukkan tempat tujuan bis tersebut.
Keluar dari terminal, kita bisa menjumpai beberapa angkutan tradisional khas yogyakarta, yaitu becak dan andong. Dikatakan khas sebab desain becak dan andong di kota budaya dan pariwisata ini beda dengan angkutan serupa di kota lain. Andong misalnya, di yogyakarta beroda 4 dan badannya lebih besar sementara di kota lain beroda 2 dan lebih kecil. Baik andong maupun becak, keduanya sangat cocok bila menginginkan perjalanan yang lebih santai. Satu objek wisata yang bisa dijangkau dengan cepat menggunakan becak dan andong adalah pusat kerajinan perak kotagede.
Bagi yang baru pertama kali menginjakkan kaki di terminal yang luasnya lebih dari 5 hektar ini tidak akan kebingungan sebab terdapat papan-papan penunjuk yang akan memandu ke tempat yang diinginkan.beberapa petugas terminal dapat dijumpai di beberapa titik sehingga kita bisa bertanya tanpa perlu merasa khawatir.
Adisutijpto, bandara internasional di yogyakarta
Bila memilih memasuki Yogyakarta lewat jalur udara, Bandara Internasional Adisutjipto akan menjadi tempat pertama yang diinjak. Telah beroperasi selama lebih dari 50 tahun, bandara ini melayani penerbangan internasional tujuan Singapura dan Kuala Lumpur serta penerbangan domestik ke sejumlah kota besar di Indonesia. Tak kurang dari 10 kedatangan dan keberangkatan pesawat berlangsung di bandara ini setiap harinya.
Bandara seluas 88.690 m2 ini menyimpan cerita kegembiraan sekaligus duka. Di tempat ini, Pesawat Guntei dan Curren yang pada pagi hari tanggal 29 Juli 1947 melakukan serangan terhadap Belanda di Semarang dan Ambarawa lepas landas dan mendarat lagi. Di tempat ini pula, pesawat Dakota VT-CLA milik Indonesia ditembak oleh dua pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk milik Belanda sesaat sebelum mendarat pada sore hari tanggal yang sama.
Nama bandara ini berubah dari Bandara Udara Maguwo menjadi Adisutjipto beberapa tahun setelah jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA. Nama Adisutjipto diambil dari nama Komodor Muda Adisutjipto, awak pesawat yang tewas dalam serangan itu. Ia adalah anggota TNI AU yang dikirim untuk tugas ke India dan mengambil bantuan obat di Singapura. Selain Adisutjipto, tentara lain yang tewas adalah Abdurahman Saleh dan Adi Sumarmo yang namanya juga diabadikan menjadi nama bandar udara.
Begitu sampai, kita bisa menengok ke sisi barat untuk melihat saudara yang menjemput. Jarak yang dekat antara terminal kedatangan pesawat dengan anjungan pengantar akan memudahkan kita untuk mengenali sanak saudara. Sembari berjalan menuju bagian depan bandara untuk melanjutkan perjalanan ke hotel atau objek wisata, kita bisa melambaikan tangan pada mereka yang sukarela menjemput. Tentu akan menjadi sesuatu yang sangat romantis bila telah lama tak berkunjung.
Bila sempat, kita bisa menengok ke timur sejenak setelah turun dari pesawat. Kawasan Pegunungan Seribu dengan pepohonannya yang hijau kiranya akan menjadi pemandangan yang meneduhkan di tengah hari yang terik. Di kawasan itu jugalah, bila berminat kita dapat mengunjungi berbagai objek wisata menarik, salah satunya Istana Ratu Boko. Kita juga bisa mengunjungi candi yang letaknya tertinggi di Yogyakarta dan membuat landasan bandara ini tak bisa diperpanjang ke arah timur, yaitu Candi Ijo.
Saat sampai di bagian depan bandara yang telah mempunyai dua terminal kedatangan ini (yaitu domestik dan internasional), kita bisa mencicipi hidangan khas Yogyakarta, yaitu gudeg. Restaurant yang menjual gudeg terletak di belakang ruang tunggu. Bila menghendaki masakan Padang atau Minang, kita bisa menuju sebuah restaurant yang terletak di dekat tempat parkir. Sebuah ruang tunggu yang nyaman dapat digunakan untuk menunggu penjemput yang mungkin belum datang.
Jika kita datang di pagi atau sore hari, menikmati kopi dan snack tentu sangat tepat. Berjalan ke bagian timur bandara, kita akan menemukan beberapa kedai kopi yang juga menjual pastry dan donut. Berbagai macam ramuan kopi seperti espresso dan cappucino dapat dipesan di kedai kopi tersebut. Jika kopi dan snack tak cukup memngganjal perut, kita dapat mencoba makanan fast food yang penjajanya dapat ditemui tak jauh dari kedai kopi.
Di bandara ini, kita juga dapat mulai mempersiapkan bekal untuk perjalanan wisata. Fasilitas money changer yang tersedia akan memudahkan khalayak yang datang dari mancanegara sementara beberapa stand reservasi hotel yang ada di dekat ruang tunggu membuat kita bisa lebih cepat memesan kamar di hotel tertentu. Selain itu, ada juga gerai pakaian yang bisa mencukupi kebutuhan pakaian kita dalam waktu mendesak.
Bila cermat, kita bisa menemui sedikit ciri-ciri arsitektur Jawa di bandara ini, yaitu di bagian pemberhentian mobil. Ada dua buah patung yang terletak di kanan dan kiri tempat tersebut. Selain itu, atap yang berbentuk limasan dan disangga empat buah tiang juga menandakan bahwa bangunan itu didesain dengan arsitektur Jawa. Pesona arsitektur lainnya adalah gapura masuk kawasan bandara berwarna hijau yang tinggi dan lebar dengan bagian atas berbentuk lengkung bertuliskan "Adisutjipto International Airport".
Sebagai sebuah bandara, Adisutjipto cukup strategis untuk memulai perjalanan sebab terletak cukup dekat dengan beberapa objek wisata. Candi Prambanan, Candi Kalasan dan Kompleks Istana Ratu Boko letaknya kurang dari 10 kilometer dari bandara ini. Sementara Pusat Kerajinan Perak dan Kompleks Kraton Mataram di Kotagede dapat dijangkau hanya 25 menit dari bandara.
Stasiun Tugu, Salah Satu Pemberhentian Kereta Tertua di Indonesia
Kiranya tak ada pemberhentian kereta yang letaknya sestrategis Stasiun Tugu Yogyakarta. Bagaimana tidak, stasiun utama di kota gudeg ini terletak tepat di jantung kota dan dekat dengan berbagai objek wisata menarik. Turun dari kereta di stasiun ini, kita tak perlu membuang waktu untuk menjangkau hotel dan pusat belanja. Kawasan Malioboro yang terletak tepat di sebelah selatan stasiun menawarkan sejumlah hotel berbintang maupun melati serta pusat belanja tradisional maupun modern.
Stasiun Tugu mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Febnruari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan yogyakarta dan Surakarta.
Berawal dari sebuah stasiun kecil, stasiun Tugu kini telah menjadi salah satu stasiun terbesar di Indonesia. Memiliki 6 jalur kereta, stasiun ini melayani transportasi dari hampir seluruh kota besar di Jawa. Lebih dari 20 keberangkatan dan kedatangan kereta berlangsung setiap hari, baik kereta ekonomi, bisnis maupun eksekutif. Ada berbagai tawaran kereta dan waktu keberangkatan untuk menuju daerah tertentu sehingga kita memiliki banyak pilihan.
Karena dibangun pada masa kolonial Belanda, maka arsitektur bangunannya pun sangat kental dengan nuansa Eropa. Begitu turun dari kereta, kita akan langsung mengenalinya dari pintu-pintu besar berwarna coklat serta langit-langit yang tinggi dimantapkan dengan warna dinding yang putih. Kita juga bisa menikmati pesona bangunan stasiun yang hingga sekarang masih dipertahankan keasliannya dari depan. Bangunan tampak megah dengan pintu besar dan dua atap yang memayungi jalur kereta.
Stasiun Tugu merupakan salah satu stasiun besar yang masih mempertahankan fungsinya sebagai tempat perawatan kereta, berbeda dengan stasiun besar umumnya yang kini hanya sebagai tempat transit. Karenanya, kita bisa berkelana ke sudut-sudut stasiun untuk dapat menyaksikan aktivitas para montir kereta serta menelusuri jejak ketuaan stasiun kereta ini. Beberapa karyawan di stasiun ini cukup mengetahui sejarah stasiun, sehingga dapat diajak berbincang.
Bila menuju ke bagian barat stasiun, kita akan menemui tempat perbaikan lokomotif kereta. Kita pasti takjub karena bisa mengamati secara detail setiap komponen yang ada di lokomotif. Bahkan, kita bisa mengamati mesin dari bawah karena ada sebuah tangga menuju bagian bawah lokomotif yang 'diparkir'. Tak jauh dari situ, kita bisa melihat patung kereta kuno berwarna hitam yang juga menarik untuk dinikmati.
Berjalan sedikit ke selatan, kita dapat menemui tempat perbaikan gerbong kereta. Meski tak bisa masuk, kita bisa mengintipnya dari pagar-pagar besi berwarna putih biru yang mengelilinginya. Memandang ke atas, akan terlihat sebuat onderdil kereta yang diletakkan di menara berwarna kuning. Onderdil itu adalah derek penyambung gerbong kereta yang telah digunakan sejak jaman Belanda. Bila kita berjalan lagi ke utara, maka akan ditemui para petugas pembersih kereta.
Kalau kita datang atau akan berangkat pada saat petang, maka sempatkanlah untuk berdiri di antara jalur 4 dan 6 dan lihatlah ke barat. Pemandangan senja yang indah akan bisa ditemui saat langit cerah, berpadu dengan rel-rel kereta yang semakin jauh akan tampak seperti garis-garis yang akhirnya menyatu menjadi satu titik. Adanya derek kereta di menara dan anak-anak jalanan yang membawakan musik akan semakin menambah keeksotikan pemandangan senja.
Puas menikmati keindahan stasiun, kita bisa memulai perjalanan wisata anda di Yogyakarta. Berbagai macam alat transportasi transportasi tersedia di stasiun ini. kita bisa naik becak menuju Kraton Yogyakarta dan penjualan bakpia di Pathuk. Jika hendak bepergian agak jauh, kita bisa menggunakan bis kota atau taksi, sementara bila akan langsung wisata belanja, anda tinggal berjalan menapaki kawasan Malioboro yang terletak persis di bagian selatannya.
Tapi aku saranin lebih asyik cari penginapan disekitar jalan solo atau jalan uri sumoharjo. Kita bisa nginap di hotel duta atau hotel plaza, keluar dari hotel ragam hiburan langsung bisa kita nikmati. Komplek seluruh tempat itu ada banyak pusat perbelanjaan saphire mall,galeria mall, giant , movie XX1 depan giant dan hotel plaza, atau kearah timur menuju ke ambarukmo plaza.